Tour Aqsa Jordan Mesir Jakarta

Tour Aqsa Jordan Mesir Jakarta

Tour Aqsa Jordan Mesir

"<yoastmark

Coba Sahabat Tour Aqsa bayangkan betapa asiknya menikmati liburan dengan waktu yang relatif singkat, namun bisa berkunjung ke beberapa negara sekaligus. Mungkin, sebagian Sahabat Tour Aqsa berpikir bahwa ini menjadi suatu hal yang sulit. Akan tetapi, perlu Sahabat Tour Aqsa ketahui bahwa berkunjung ke beberapa negara dalam waktu yang relatif singkat itu bisa, sangat bisa bahkan. Caranya? Caranya cukup mudah. Sahabat Tour Aqsa tinggal mendaftar paket tour yang menyediakan tour dengan kunjungan destinasi ke beberapa negara. Salah satunya yang dapat Sahabat Tour Aqsa pilih ialah paket Tour Aqsa Jordan Mesir di Jakarta.

Dengan Sahabat Tour Aqsa memilih paket tersebut, Sahabat Tour Aqsa akan diajak untuk menjelajahi tiga negera sekaligus yakni Aqsa, Jordan dan Mesir. Asik sekali kan? Bagi Sahabat Tour Aqsa yang berencana mendaftar Tour Aqsa ataupun Tour Aqsa Jordan Mesir Jakarta, yuk segera persiapkan. Cobalah Sahabat Tour Aqsa cari waktu disela waktu libur yang Sahabat Tour Aqsa punya. Atau bahkan Sahabat Tour Aqsa dapat mengambil cuti beberapa hari untuk menikmati liburan. Tetapi, apabila Sahabat Tour Aqsa hendak cuti pekerjaan, pastikan terlebih dahulu bahwa momen yang akan Sahabat Tour Aqsa cuti tersebut tak ada kepentingan di hari itu. Nah, bagi Sahabat Tour Aqsa yang ingin mendapat informasi seputar Tour masjidil Aqsa dan informasi lebih lengkap tentang Aqsa, yuk coba simak informasi berikut ini.

Sekilas Tentang Peristiwa di Aqsa Tahun 1969

Tahukah Sahabat Tour Aqsa bahwa Masjidil Aqsa pernah memiliki kisah yang pilu di tahun 1969. Kisah inilah yang setiap umat muslim mengingatnya, rasa – rasanya langsung berkecamuk dalam hati. Namun, apa yang bisa diperbuat lagi saat peristiwa tersebut sudah terlanjur terjadi. Hanya ada goresan kisah yang terkenang saja di tahun 1969 ini. Peristiwa kebakaran yang bertempat di Masjidil Aqsa ini melahap bangunan Masjidil Aqsa beserta mimbar bersejarah yang ada di dalamnya. Menurut pernyataan Departemen Wakaf Islam Masjidil Aqsa, mulanya api muncul ini berawal dari kamar penjaga di luar ruangan shalat al – Marwani. Akan tetapi, terbakarnya Masjidil Aqsa ini ternyata bukanlah hal yang pertama kali terjadi. Namun, pembakaran Masjidil Aqsa ini terjadi lagi tepatnya pada 21 Agustus 1969.

Pada 21 Agustus 1969 inilah ada seseorang yang menjadi pelaku dari terbakarnya Masjidil Aqsa ini. Seseorang yang menjadi pelaku pembakar masjidil Aqsa ini bernama Dennis Michael Rohan yang diketahiu seorang Kristen ekstremis Australia. Diketahui bahwa tindakan yang dilakukan pelaku pembakaran tersebut telah mendapat dukungan dari pasukan pendudukan Israel. Hal ini dimulai pada hari Kamis pagi saat alarm berbunyi tiba – tiba, kemudian para penjaga Palestina di kompleks Aqsa melihat bahwa terdapat asap hitam yang mengepul dari sayap tenggara masjid. Setelah dipastikan lebih dekat, para penjaga Masjidil Aqsa melihat bahwa terdapat kobaran api di dalam ruangan yang dipakai untuk shalat. Kemudian, para umat muslim dengan segera berbondong – bondong menuju ke masjid guna memadamkan api. Namun yang mengesalkan ialah pasukan Israel mencegah dan tak memperbolehkan siapapun untuk masuk. Disitu pula sempat terjadi bentrok singkat namun sengit.

Para umat muslim pun segera menuju ke Masjidil Aqsa dan mulai untuk memadamkan api yang sudah melahap bangunan itu. Akan tetapi, ternyata tak mudah untuk memadamkan api di Masjidil Aqsa. Hal ini dikarenakan alat pemadam kebakaran yang tak bisa berfungsi. Para umat muslim pun tak langsung putus asa, mereka berusaha mencari sumber air  lain. Namun, hanya menemukan pompa rusak dan selang yang terputus. Maka umat Islam dengan cepat mengambil inisiatif. Mereka dengan cepat untuk membentuk rantai manusia dan menggunakan ember dan wadah kecil lainnya untuk membawa air ke masjid yang terbakar.

Uniknya, pada saat truk pemadam kebakaran dari kota – kota sekitar Tepi Barat Nablus, Hebron, Ramallah, Al-Bireh, Bethlehem dan Jenin tiba, pasukan Israel pun juga mencegah mereka mencapai tempat kejadian. Mereka berkata bahwa tanggung jawab kota madya Yerusalem untuk menangani peristiwa kebakaran tersebut. Karena itulah, pasuka israel membiarkan api menyala selama berjam – jam dan sempat menyambar hingga jendela yang tepat berada di bawah kubah Masjid Aqsa, sebelum api akhirnya bisa padam.

Selepas asap dari kebakaran sudah hilang, kerusakan bangunannya baru dapat dilihat dan diketahui. Si jago merah ternyata telah menyambar beberapa bagian tertua masjid. Salah satunya ialah menghancurkan mimbar kayu dan gading berusia 900 tahun yang dihadiahkan oleh Shalahuddin Al Ayubbi, serta panel mosaik di dinding dan langit – langit. Selanjutnya ditemukan banyak sekali lokasi di dalam masjid yang menghitam karena terbakar. Pasa saat berita terkait “neraka api” tersebut menyebar, maka memancing munculnya aksi demonstrasi yang panas terjadi di seluruh kota. Kota Yerusalem yang diduduki Israel pun mogok, Kemudian langkah ini dicontoh oleh warga Palestina yang tingga di Tepi Barat dan bahkan di wilayah Israel. Sebagai reaksi untuk mengatasi meluasnya aksi demonstrasi,

semua titik akses ke masjid diblokir oleh pasukan keamanan Israel. Hal ini berakibat pada tidak dilaksanakannnya ibadah shalat Jum’at yang akan berlangsung keesokan harinya. Adanya ketiadaan shalat Jumat di Masjidil Aqsa saat itu tercatat dalam sejarah untuk yang pertama kalinya terjadi sejak masjidil Aqsa didirikan. Kemudain, seorang pelaku pembakaran masjid berhasil diidentifikasi. Seseorang itu adalah Dennis Michael Rohan, seorang turis beragama Kristen asal Australia.

Dia ditangkap dua hari kemudian yakni pada 23 Agustus 1969. Pada saat diperiksa pihak keamanan Israel, Rohan menyatakan bila dirinya tak takut mengungkapkan motifnya untuk melakukan tindakan kejahatan itu. Ia malah mengaku sebagai utusan Tuhan. Rohan ingin mempercepat kedatangan Yesus Kristus yang kedua, yang menurutnya hanya dapat terjadi dengan membiarkan orang Yahudi membangun sebuah kuil di tempat Masjidil Aqsa yakni di mana diklaim bahwa di tempat itu dahulu merupakan kuil yang didirikan oleh Nabi Sulaiman. Namun, seusai itu pihak Israel mengeluarkan pernyataan bahwasannya Rohan dinyatakan gila dan dirawat di rumah sakit jiwa. Akan tetapi, banyak pihak yang lain skeptis bila dia menjadi satu-satunya pelaku pembakaran Masjidil Aqsa.

Masalah yang ada ini berlanjut pada tanggal 28 Agustus, 24 negara mayoritas berpenduduk Muslim mengajukan keluhan kepada Dewan Keamanan PBB. Melalui Duta Besar Yordania untuk PBB, Mohamed El – Farra menyatakan negara – negara tersebut menyatakan : Menurut berita yang berasal dari sumber-sumber Israel, tersangka Australia adalah sekutu Israel yang dibawa oleh Badan Yahudi untuk bekerja untuk Israel. Badan Yahudi mengatur agar warga Australia yang bekerja di sebuah ‘Kibbutz’ selama beberapa bulan, sehingga ia bisa belajar bahasa Ibrani dan mendapatkan lebih banyak pengajaran Zionis.

Banyak orang mengetahui kehidupan orang Australia itu di Kibbutz dan impiannya membangun kuil Sulaiman. Sehingga peristiwa pembakaran itu terasa meragukan kasus. Mereka pun menyatakan bahwa adanya kasus ini telah menambah ketakutan dan kekhawatiran umat Islam tentang tempat suci mereka. Surat atau petisi 24 negara dengan mayoritas berpenduduk Muslim itu juga mengacu pada fenomena begitu banyak komentar yang dibuat pada tahun – tahun sebelumnya oleh pejabat Israel. Para pejabat tersebut telah bersumpah untuk membangun Kuil Sulaiman di atas situs Masjidil Aqsa.

Agresi Israel yang berkelanjutan terhadap orang – orang Palestina saat itu juga dibahas sehubungan dengan pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur dua tahun sebelumnya setelah perang 1967. PBB pun menanggapi dengan mengutuk serangan itu dan meminta Israel membatalkan semua pengaturan yang akan mengubah status Yerusalem. Namun, Israel mengabaikan resolusi ini, seperti yang telah dilakukan dengan semua panggilan seperti itu sebelum dan sesudah. Kecurigaan jika Israel terlibat aktif dalam perencanaan dan memfasilitasi upaya pembakaran sampai kini tak pernah dibantah.

Rifa’at Sebagai Tokoh Intelektual Terkemuka di Mesir

Salah satu tokoh intelektual yang terkemuka di Mesir ialah bernama Rifa’at bin Badwi bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Rofi’. Biasa disebut dengan nama panggilan Rifaat Tahtawi. Menurut sejarah, Tahtawi lahir di Desa Thahtha, Distrik Suhaz, Mesir, pada 7 Jumadil Tsani 1612 H atau bertepatan dengan 15 Oktober 1801 M. Rifaat ini dikenang sebagai salah seorang pemikir kebangkitan Arab modern. Dan bahkan jasanya disebut melampaui itu. Diketahui bahwa jasa dan peran Rifaat Tahtawi dalam peradaban dunia Arab memang tak bisa dianggap remeh.

Pasalnya Rifaat Tahtawi lah yang merancang pendidikan modern, mendirikan sekolah – sekolah serta pionir dalam penerbitan surat kabar bertaraf modern di Mesir. Tak hanya itu, Ia juga menerjemahkan berbagai macam buku berbahasa Prancis ke bahasa Arab serta menulis karya – karya dalam berbagai disiplin ilmu. Dapat diketahui bahwa Rifaat Tahtawi berupaya untuk memadukan peradaban Timur yang kaya akan sejarah kejayaan masa lampau dengan peradaban Barat modern. Salah satu karyanya yang yang dikenal ialah Tahlis al-Ibriz fi Talshils al-Fariz. Dalam buku ini, Rifaat Tahtawi memberikan gambaran hal – hal terkait sebab kemajuan Prancis serta mengajak dunia Arab untuk berjalan di jalan yang sama. Namun dengan tetap berpegang teguh kepada nilai – nilai Islam sebagai pedoman.

Hingga mencapai batas kematangan ilmu dan tokoh serta pemikir yang sangat disegani, Rifaat Tahtawi harus menempuhnya dengan penuh lika liku. Pada saat berusia 12 tahun, ia sudah harus hidup dengan sebuah tantangan, berpindah dari satu kampung ke kampung lainnya. Tak lama kemudian, ia harus kehilangan ayah tercintanya untuk selamanya. Selepas ayahnya meninggal, Riifaat kembali ke kampung halamannya untuk memperdalam ilmu di Baitul Ilmi (sejenis sekolah) yang ada di sana. Ia belajar dari para ulama tentang ilmu fikih, hadis, logika dan tafsir. Ketika menginjak usia 16 tahun, Rifaat Tahtawi berangkat ke Kairo dengan tujuan ingin belajar di Universitas Al – Azhar. Dirinya berguru pada ulama – ulama al – Azhar seperti Syekh al – Fudhali, Syekh Hasan al – Kuwaisini, Syekh al – Damanhuri, Syekh Muhammad Hubais, Syekh al – Bajuri, Syekh al – Bukhari dan lain sebagainya. Dari sekian guru, guru yang paling berpengaruh pada pemikiran – pemikiran Rifaat Tahtawi ialah Syekh Hasan Al Attar.

Syekh Hasan Al Attar lah yang menyampaikan Rifaat Tahtawi masuk dalam lingkungan ulama – ulama Al – Azhar hingga merekomendasikan untuk berangkat ke Paris, Prancis. Setelah berangkat kesana, Rifaat Tahtawi memperdalam ilmunya dan belajar kepada ilmuwan – Ilmuwan Prancis, seperti Caussin de Perceval, Edme Francois Jomar, Silvestre de Sacy dan lain sebagainya. Sebelum Rifaat Tahtawi kembali ke Mesir, Rifaat sempat menerjemahkan buku maupun artikel yang jumlahnya lebih dari 12 teks berbahasa Prancis. Sesampainya di Mesir, Rifaat Tahtawi menunjukkan buku Tahlis al – Ibriz fi Talshils al – Fariz yang membahas sebab kemajuan Prancis kepada Syekh Hasan al Attar. Kemudian, Rifaat Tahtawi juga menunjukkannya kepada Muhammad Ali Basa selaku penguasa Mesir saat itu dan Muhammad Ali Basa terkagum atas hasil karya Rifaat Tahtawi tersebut.

Sepenggal Kisah Sebelum Berpindahnya Kiblat Pertama di Al Aqsa

Salah satu yang menjadi masjid tertua di muka bumi serta memiliki makna religi yang tinggi bagi umat muslim ialah Masjidil Aqsa yang berada di Palestina. Sahabat Tour Aqsa tentunya telah banyak memahami terkait Al – Aqsa. Karena Al Aqsa merupakan situs yang dipercaya oleh umat Muslim sebagai tempat tersuci ketiga, setelah kota Makkah dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah. Perjalanan untuk menuju ke Al Aqsa dari kota tua Yerusalem harus melewati lorong – lorong dengan jalan bebatuan serta beberapa anak tangga. Al Aqsa sendiri merupakan sebuah kompleks dengan luas sekitar 144 hektar yang memiliki empat bangunan masjid.

Sehingga, Al – Aqsa ini terdiri dari beberapa bangunan masjid, tak hanya sebuah masjid saja. Kebanyakan orang mengenal Al – Aqsa di situsnya yang paling terkenal dan seringkali orang mengira sebagai masjid Al Aqsa adalah bangunan yang disebut sebagai kubah emas. Nama sebenarnya dari bangunan ini adalah Qubbatush Sakhrah atau Dome of the Rock yang dibangun oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan. Di bawah kubah tersebut terdapat batu yang dipercaya oleh sebagian umat Muslim sebagai tempat berpijaknya Nabi Muhammad saat melakukan perjalanan Isra Miraj. Sementara umat Yahudi percaya bebatuan tersebut sebagai tempat saat Nabi Ibrahim hendak mengkurbankan anaknya, Nabi Ismail.

Sejarah bahkan menerangkan bahwasannya masjid agung tersebut merupakan kiblat pertama umat muslim sebelum kemudian dipalingkan ke Ka’bah yang berada di Mekkah. Ada beberapa hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang menegaskan bahwasannya selama Nabi Muhammad Saw bersama para sahabat berada di Madinah, mereka melaksanakan shalat dengan berkiblat ke Masjidil Aqsa. Diketahui bahwa ini dilaksanakan selama enam belas bulan. Kemudian, pada saat Nabi Muhammad Saw sedang melaksanakan shalat di masjid di Madinah, turunlah QS Al Baqarah ayat 144 yang memerintahkan umat Muslim agar memalingkan wajahnya ke Masjidil Haram. Sebetulnya Nabi Muhammad Saw sendiri telah menginginkan turunnya perintah perubahan kiblat ini.

Dalam satu riwayat menyatakan bahwa Nabi Muhammad Saw seringkali menengadahkan wajah ke langit, memanjatkan doa agar turun wahyu yang memerintahkan menghadap ke Baitullah. Meskipun begitu, dengan adanya perubahan kiblat ini Islam tak lantas melupakan kedudukan Masjidil Aqsa. Bagaimana pun, di dalam Al – Quran telah disampaikan bahwa menempatkan masjid tersebut dalam kemuliaan khususnya pada saat peristiwa Isra Miraj nya Nabi Muhammad Saw. Kisah ini terjadi perkiraan pada tahun kesembilan yakni pada 620 M dari penyebaran Islam oleh Nabi Muhammad Saw. Di malam yang hening dengan didampingi Malaikat Jibril, Nabi Muhammad Saw kemudian singgah di Al Aqsa dalam perjalanan Isra Miraj untuk menerima perintah shalat. Masjidil Aqsa menjadi sebuah masjid bersejarah bagi umat Islam yang terletak di jantung kota Jerusalem. Masjid inilah yang menjadi bagian dari awal sejarah dimulainya penyebaran agama Islam.

Pesona Masjid Raja Abdullah di Jordan

Tahukah Sahabat Tour Aqsa bahwa di Jordania terdapat masjid yang memiliki pesona yang indah. Saat Sahabat Tour Aqsa berlibur ke Jordan, bisa banget nih Sahabat Tour Aqsa untuk mampir di Masjid Raja Abdullah di Amman ini. Masjid Raja Abdullah merupakan sebuah masjid istimewa yang ada di Amman, selain itu masjid adalah contoh utama arsitektur Islam. Kebanyakan orang yang berlibur ke Jordan karena mereka memiliki ketertarikan dengan sejarah.

Mereka ingin menjelajahi situs dan tempat yang telah membantu membentuk dunia yang Sahabat Tour Aqsa tinggali saat ini, dan Jordan sangat cocok dengan harapannya, terlepas dari usia, jenis kelamin, ras atau kepercayaan. Jordan menjadi salah satu tujuan destinasi berlibur yang sangat asik dan menarik. Kesan bagi yang pernah mengunjungi Jordan banyak yang mengatakan mengatakan bahwa terdapat hal yang lebih baik di Jordan daripada situs bersejarah yang ditawarkan, hal itu adalah keramahtamahan penduduk setempat. Nah, agar Sahabat Tour Aqsa tak ebrtanya – tanya seputar Masjid Raja Abdullah di Jordan, yuk simak berikut ini.

  1. Masjid Raja Abdullah di Jordan Memiliki Kubah Berwarna Biru

Perlu Sahabat Tour Aqsa ketahui bahwa Masjid Raha Abdullah di Jordan ini dikenal dengan kubah berwarna biru yang indah dan menawan. Di masjid inilah diketahui mampu menampung sebanyak 3 ribu jamaah. Bagi siapa pun yang melewati area kota ini pasti akan melihat masjid Raja Abdullah ini. Karena  masjid ini adalah salah satu bangunan paling menonjol di kota. Masjid Raja Abdullah tak lagi menjadi tempat ibadah utama kota. Alasan yang tepat untuk ini tampaknya tak jelas. Walaupun demikian, ribuan orang masih terus berdatangan untuk mengunjungi masjid ini setiap tahun.

  1. Masjid Raja Abdullah merupakan Sebuah Penghargaan Kerajaan

Diketahui bahwa pembangunan Masjid Raja Abdullah di Amman ini dimulai pada tahun 1982 atas perintah almarhum Raja Hussein Jordania. Masjid yang akan menjadi penghormatan kepada kakek Raja Hussein, Raja Abdullah I dari Yordania akhirnya selesai dbangun pada tahun 1986. Seusai pembangunan selesai, masjid menjadi tempat ibadah nasional Yordania dan status tersebut hingga 2006, di mana titik “Masjid Raja Hussein Ben Talal” jauh lebih baru menjadi masjid nasional negara itu. Kini, Masjid Raja Abdullah di Amman terutama merupakan galeri seni yang merupakan rumah bagi koleksi artefak tembikar yang menarik dan foto – foto Raja Abdullah I dari Jordania. Meskipun masjid tak lagi menjadi tempat ibadah ada sedikit keraguan bahwa itu tetap merupakan penghargaan yang pantas.

Keseruan berlibur akan Sahabat Tour Aqsa rasakan saat Sahabat Tour Aqsa dapat merencanakan dan mempersiapkannya dengan baik. Apabila Sahabat Tour Aqsa ingin mendapat kesan yang istimewa saat berlibur menggunakan jasa travel, Sahabat Tour Aqsa pun harus memilih jasa travel yang tepat. Sahabat Tour Aqsa tak perlu bingung lagi dalam memilih jasa travel yang terpercaya, karena Sahabat Tour Aqsa dapat percayakan pada Satutours Travel. Semoga informasi Tour Aqsa Jordan Mesir yang ada di Jakarta ini dapat memotivasi Sahabat Tour Aqsa sekalian untuk segera berangkat pergi berlibur.